nuffnang

Tuesday, December 22, 2015

Waktu tenang




Ya, Aku egois,

Ingin terus aku kikiskan fitur durjanaku ini,

Tetapi bagaimana?

Berubah seolah-olah tunduk kepuraan,

Tidak akan kekal sifat tu.



Berikanlah aku masa,

Untuk aku memperhalusi idiosinkrasiku ini.



Bukan mudah untuk kau takluki jiwa ini,

Kau hanya manusia yang bole mati jika ku tikam,

Sebagaimana kau akan menikam kelak,

Hanya Allah jiwaku serahkan,

Bukan padamu yang berpura keagungan.



Berikanlah aku masa,

Seolah masa itu sindiran untuk binasa diriku.


Ya, sememangnya aku egois,

Bukan kerana untuk aku menang,


Tetapi untuk aku melindungi harta nurani.

Wednesday, November 18, 2015

Apophenia

Stared through the window,
While hoping there’s a glimpsed of heavenward lights.

Through endless time and space passed by,
The vision hallucinates confusing the brain,
Losing all the axis.

Suddenly,
I was alone in the dark of the universe,
Then, I looked up.
I saw a lot of strings attached to every inch of my body,
And it moved by itself.

Forcing me to walked towards the darkness,
And I thought, this could be the chance to get out of the misery.

Heavy burden upon my head,
All my muscle stressed out,
Too tired to thinks, too tired to define.

My eyes shut.

A stink odor went caught in my breath,
Make me felt like choke to death,
And all of sudden,
I hear voices all around me,
I’ll tried to open my eyes,
But the light are so dense and bright,
Nullify my vision to capture surround me.

Then, I heard a strong voice,
going right through my auditory canal boldly,
He said  “Get up! You are fuck up.





Monday, August 17, 2015

The Forgotten hero

Day by day passes,
People tend to go forwards,
Claimed whatever desired, they want to,
Soon they will forget everything.

Everything that, was once held us as whole,
As a band of brothers, stands side by side,
While holding hands, smile at the glittering dreams,
That was once we want it so much to build.

Nothing but a memory of a person,
drowned in a lake of temptation.

We will soon forget the hero,
Who was once inspired us to challenge the odds,
Heroes that brings us to victory,
But he died in the middle of glorious crusade.

Soon we also will be forgotten as we did right now today.
He will probably smiled or cried,
No one knows,
Because he is the forgotten hero.

Thursday, July 30, 2015

Kalaulah Aku

Mati itu pasti,
Tiada apa yang boleh kita ubah,
Alangkah bagus pada tika ini kita bersyukur dan menghargainya.

Kalaulah aku,
Boleh ubah waktu-waktu lalu,
Pastinya aku berbuat baik dengan penuh kasih sayang,
Setiap tuturcara kataku lebih halus dan penuh cinta,
Sebelum dia hilang seperti titik noktah.

Kalaulah aku,
Diberi kebijaksanaan seperti hari ini,
Pasti senyumanku lebih lebar dan ikhlas,
Setiap sapaan kalian pastiku sambut dengan tangan yang lebar luas untuk memeluk kamu.

Kalaulah aku,
Masih seperti ini untuk waktu dulu,
Sudah pasti tak ramai tersinggung dengan peradabanku.
Dunia ini pasti lebih nyaman walaupun bukan di dalam belantara.

Kalaulah aku,
Masih mencintaimu,
Maafkan aku,
Caraku mungkin kasar,
Tapi hatiku masih lembut dan selesa untuk kamu duduki.

Kalaulah aku.

Zulhadry Zolkafli 31.07.2015

Friday, April 3, 2015

Idiosinkratik aku

Lusuh lelah bersilih ganti,
Melajukan adrenalin dalam buluh darahku,
Optikal illusi dikaburi dengan suasana yg aman,
Mengamat suasana lapang dan sejuk,
Menenangkan jiwa luhur.

Setiap lekuk bertakuk,
Menyiksakan sistem endokrin,
Tatkala duka berubah suka,
Endorfin dirembes halus dipelusuk minda,
Masam berubah manis,
Lara bertukar bahagia,
Jika ini rasa cinta luhur,
Pasti aku simpan dan biaskan di setiap hari-hari mendatangku.

Hijau redup pohon sena,
Melindung setiap terikan durjaya sinar ungu,
Mari, ke sini kau,
Inginku bisik : jiwaku luhur.

Monday, March 23, 2015

The bane of one's life

Kayuhan pertama membuatku tenggelam dengan illusi lampau,
Memang rindu itu membuatku menjadi lebih tua,
Lebih perlahan dari dulu,
Lebih berat dari dulu,
Menghilangkan rasa kerakusanku terhadap velositi.

Tetapi seketikaku pejamkan mata,
Deruan angin meresap setiap inchi kulitku,
Membuatku terpersona indah,
Dengan ulitan manja deruan bunyi,
Mengingatkanku kepada bukit bintang,
Apabila papan itu di"pop"kan membuat teringat di KLCC,
gelak ketawa riang rakan seperjuanganku,
Membuatkan diriku berani pada waktu itu,
Setiap luka, terseliuh, lebam yang sakit itu,
Membuatkan aku lebih kuat untuk mengatasinya,
Cintaku terhadap velositi sememangnya tinggi hingga kini.

Setelah ku mencelikkan mata satu dimensi ini,
Tiada teman di sisiku,
Tiada kumpulan bersamaku,
Cuma aku, bukit dan selekoh itu menjadi saksi.

Velositi itu yang dahulunya cinta luhurku,
Cuba meninggalkanku bersama graviti,
Seretan pertama untuk cubaanku memperlahankan cinta velositiku,
Terkubur layu di tepi bahu jalan,
Aku tahu sekarang bukan aku teman jiwamu,
Tapi engkau masih aku sayang,
dan akan aku terus berusaha mencarimu.