nuffnang

Monday, September 15, 2014

Tok, tok, siapa tu?

"Assalamuailaikum kak." Siapa 'kak' ini?
Tiada siapa pun kenal, bukan senang hendak kita bergaul dengan orang yang tidak dikenali. Tapi aku sengaja sapa untuk lihat reaksi makcik tua ini supaya dia terasa muda dan bertenaga sedikit untuk hari ini.
"Waalaikumusalam, kamu ni dari mana?".
Mula la dialog berkenalan sedikit-sedikit sehingga makananku, nasi lemak sotong beserta telur goreng tiba di meja.
Tiba-tiba si makcik tua ini bagaikan mendapat perasaan baru menegur sekeluarga bangsa cina di sebelah. Sambil menangguk-anggukkan kepalanya dan senyum kemudia berkata padaku.
"Tak sangkakan, rupanya yang datang sini semua bukan dari kampung akak ni. Kamu ni bujang lagi ke siap berjalan dari kolumpur ke melaka ni."
"Takdelah kak, saya dh berkahwin, kebetulan isteri ke thailand dan anak saya dirumah pengasuh. Saya ambil kesempatan nk lihat kampung akak ni. Tak pernah saya ke sini". Ujarku.
Siapa sangka dikeliling kita ini ada pelbagai drama-drama yang kita tidak pernah ambil peduli,
Drama - drama ini lebih tulen dari yang ada di kaca televisyen kita.
Mengapa kita perlu rasa takut untuk berbuat demikian? Mengenali kepada sesuatu yang bukan dari ruang cincin persahabatan kita.
Facebook? Tweeter? Apa semua sudah lupa yang dahulunya kita pakai surat layang untuk mengenali gadis-gadis disekolah.
Poke? Bukankah kita selalu mencucuk-cucuk bahu-bahu yang tidak pernah kita rapat.
Indahnya dunia yang tulus ini.
Bebas dari jari jemari onar.
Berkata-kata dusta lebih dari pembunuh-pembunuh kejam.


Zulhadry Zolkafli 15hb september 2014



Saturday, August 2, 2014

zionist condemnation

The vicious king looks upon us,
They scare for us to gather forces,
that will shreds their lives into pieces,
They foreseen us like an ember lighting up the hell,
So they asked their armies of mole from the northern hill,
Crawling beneath the mud to crushed the ember into ashes 
But they have forgotten that we are not standing here alone,
Even without any weapon in our hands to strike,
and technologies for our ear to hear and the eye to see,
We will rose from this solitude,
Binding hand to hand and march together without fear,
Against the kings of lust, 
That hungered for blood,
With a small of chances we will attack! Attack! Attack!
An endlessly mission of fighting,
But will eventually,
Rupture their armour of greed and pride,
Bleeds in their own words,
Bleeds in their own action,
Their death will slowly condemn in torment and torture,
Our d'ua is like a whisper as we will tame the vicious sea,
Like a feather will bringing down their kingdoms to their knees,
The dignity they have long build for the world will be destroy,
And burnt into the reign of their own hell.


Zulhadry Zolkafli #supportgaza 

Saturday, July 12, 2014

Lady In Red


Out of nowhere,
You just walked past through me,
In my own awareness,
my desire like spontaneously combust and melted all the sanity inside of me,
My thoughts distract me but it helps me somehow,
to see more apparent than my eye does,

Lady in red,
Dazzling in the crowd of righteous,
Tend to let people stray from their path,
Seeing the only desirable world to live in,
By becoming blind from the righteous and holy,
I knew you would come along,
Tag along with others and dance hand by hand to the dark side.

I saw you coming,
But nothing is left inside of me,
I am so powerless to confront you.
I am weak to hold a weapon against you,
But I do know I won't stand alone against you,
I am definitely sure Allah is here with me.

You can rip me apart,
but you won't have me to join your side.

Lady in red,
Such a wonderful feeling,
A lot of people can't ignore you,
I can't ignore you either,
I am such a fool,
But I rather die fighting than doing nothing.

Zulhadry Zolkafli 13072014

Thursday, June 19, 2014

Setanggi terapi sayang


Bagaikan lautan,
Yang beralun ombak,
Bunyi desiran pantai membisik di telinga,
Haruman baumu masih ada di badanku,
Tak sedar lamunanku hampir sepanjang malam,
Masih terngiang gelak tawamu sambil jari jemariku kau genggam erat,
Dengan tidak henti kata-kata keluar dari bibirmu,
Menghipnotis mindaku yang penuh dengan oxytocin,
Berderu darahku mengalir laju terus ke jantung yang tidak henti berdegup,
Gila perasaan ini,
Boleh buat siang jadi malam,
Basah jadi kering,
Lapar jadi kenyang,
Gila seperti kokain merembes dopamine diminda,
Seperti khayal ganja yang tidak sedarkan paksi realitinya,
Oh, lautan biru,
Benar-benar menghayut kelaraan ini hilang hingga di hujung dunia,
Baumu, masih aku hidu,
Sambil berpeluk sendiri tersenyum mengelamun indah,
Cinta listrik yang indah, penuh dengan keterujaan.

Thursday, February 27, 2014

Sehampir lelap

Lihat,
Sumur yang tiada penghujung,
Hilang di dalam kabus onar,
Majulah kamu kalau terasa sangsi,
Jika tidak pasti spekulasi bodoh dijadikan pedoman.

Dengar,
Siulan remang si ngilai venus,
Jangan biarkan jari menunding,
Lebih bagus kalau kita menjerkah si illusi gondrong.

Cakap,
Biarlah lidah yang lembut menggulung kata,
Berpura ada berkata tiada,
Jangan mohon di penghujung hari takut dihingap sengat buku lima sasa.

Jangan bersiul di dalam gelap,
Nanti parah terjumpa si ngilai,