nuffnang

Thursday, October 10, 2013

seusai hujan

bianglala,
mengamat mata melihat,
terpaku jiwa melihat biasan warna-warna Pencipta,
Tinggi di puncak dunia, bagaikan menari di langit biru.

dahulunya aku riang bila temu denganmu,
sekarang pelbagai mulut binasa meninggalkan onar di mindaku,
membuat ku kaku, tunduk dengan telunjuk peterna.

perlukah aku takut? perlukah aku ikut?

ya, Rabbi,
lukiskan senyum di mukaku,
agar boleh aku menari bersama bianglalaMu.

No comments:

Post a Comment